PERINGATAN PERTEMPURAN 3 OKTOBER 1945

Pemerintah Kota Pekalongan mengadakan Rangkaian Kegiatan ( Upacara, Tasyakuran, dan Teatrikal ) Dalam rangka memperingati Peristiwa Pertempuran 3 Oktober 1945 di Taman Kobon Rojo ( yang sekarang menjadi Monumen Joeang ) Jl Pemuda-Kota Pekalongan.
Sejarah Peristiwa 03 Oktober Pekalongan
Kabar kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua dengan tentara sejutu terdengar pertama kali pada tanggal 14 Agustus 1945 pukul 9 malam. Beberapa anggota Barisan Pelopor di Tegal secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran kekalahan Jepang melalui radio Saigon.
Pada tanggal 28 Agustus 1945, di Karisedenan Pekalongan dibentuklah KNID denga ketua dr. Sumbardji, wakil ketua dr. Ma'as. Pada 28 September 1945, atas usulan KNID Pekalongan, Mr. Besar Martokusumo dilantik menjadi Residen Pekalongan oleh Presiden Soekarno.
Pada akhir September atau awal Oktober, usaha pertama yang dilakukan KNID ini adalah pengambil-alihan kekuasaan dari tangan Jepang. KNID Pekalongan sudah mulai menghubungi Syuchokan Pekalongan, yaitu Tokonomi agar menyerahkan kekuasaannya kepada rakyat Pekalongan.
Keesokan harinya pada tanggal 3 Oktober 1945, Masyarakat Pekalongan sudah berkumpul di Lapangan Kebon Rojo (Sekarang menjadi Monumen), depan gedung Kempetai sejak pukul 08.00 pagi.
Mereka berdatangan dari Batang, Buaran, Comal, dan Pekalongan dengan pakaian siap tempur dan membawa senjata seadanya seperti bambu runcing, parang, pentungan, potongan besi dan lain sebagainya.
Tentara Jepang yang berada di barisan keamanan gedung mendadak memberondongkan peluru ke kerumunan massa yang hadir.
Seketika itu banyak korban rakyat Pekalongan yang jatuh. Situasi yang tidak seimbang ini membuat puluhan orang tewas dan lainnya luka-luka. Sejumlah pemuda yang ingin mengganti bendera Jepang dengan Merah putih pun juga tak luput dari peluru yang ditembakkan tentara Jepang.
Saat itu belum dipastikan berapa jumlah korban yang meninggal atau luka. Namun, ruangan itu penuh dengan genangan darah yang menjadi saksi Korban Keganasan Jepang.
Sejarah Peristiwa 03 Oktober Pekalongan
Kabar kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua dengan tentara sejutu terdengar pertama kali pada tanggal 14 Agustus 1945 pukul 9 malam. Beberapa anggota Barisan Pelopor di Tegal secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran kekalahan Jepang melalui radio Saigon.
Pada tanggal 28 Agustus 1945, di Karisedenan Pekalongan dibentuklah KNID denga ketua dr. Sumbardji, wakil ketua dr. Ma'as. Pada 28 September 1945, atas usulan KNID Pekalongan, Mr. Besar Martokusumo dilantik menjadi Residen Pekalongan oleh Presiden Soekarno.
Pada akhir September atau awal Oktober, usaha pertama yang dilakukan KNID ini adalah pengambil-alihan kekuasaan dari tangan Jepang. KNID Pekalongan sudah mulai menghubungi Syuchokan Pekalongan, yaitu Tokonomi agar menyerahkan kekuasaannya kepada rakyat Pekalongan.
Keesokan harinya pada tanggal 3 Oktober 1945, Masyarakat Pekalongan sudah berkumpul di Lapangan Kebon Rojo (Sekarang menjadi Monumen), depan gedung Kempetai sejak pukul 08.00 pagi.
Mereka berdatangan dari Batang, Buaran, Comal, dan Pekalongan dengan pakaian siap tempur dan membawa senjata seadanya seperti bambu runcing, parang, pentungan, potongan besi dan lain sebagainya.
Tentara Jepang yang berada di barisan keamanan gedung mendadak memberondongkan peluru ke kerumunan massa yang hadir.
Seketika itu banyak korban rakyat Pekalongan yang jatuh. Situasi yang tidak seimbang ini membuat puluhan orang tewas dan lainnya luka-luka. Sejumlah pemuda yang ingin mengganti bendera Jepang dengan Merah putih pun juga tak luput dari peluru yang ditembakkan tentara Jepang.
Saat itu belum dipastikan berapa jumlah korban yang meninggal atau luka. Namun, ruangan itu penuh dengan genangan darah yang menjadi saksi Korban Keganasan Jepang.