BURSA TOSAN AJI

Hadirilah Bursa Tosan Aji setiap minggu di Graha Tosan Aji Jl Jetayu Dari jam 10.00 WIB s/d selesai.
Graha Tosan Aji adalah rintisan museum di Kota Pekalongan yang menampilkan koleksi benda-benda tosan aji cagar budaya. Tosan Aji adalah benda-benda pusaka warisan budaya asli Indonesia, antara lain; Keris, Tombak, Kujang, Trisula, Pisau, Pedang dan lain-lain. Museum ini berada di kawasan Jetayu, khususnya di samping Museum Batik, yang diresmikan oleh Ketua Sekretariat Perkerisan Nasional Indonesia, Bpk. Erman Suparman pada tanggal 16 Januari 2010. Graha Tosan Aji yang merupakan tempat pamer warisan budaya berupa keris di Kota Pekalongan, menerima hibah 30 bilah keris dari paguyuban pecinta keris Kendali Rangah, Hibah keris itu dengan tujuan untuk kepentingan koleksi dan pembelajaran kekayaan budaya Indonesia. Semula koleksi yang ada di Graha Tosan Aji, merupakan hak milik bagi anggota Kendali Rangah, sehingga setiap tiga bulan sekali dilakukan penggatanti karena harus dilakukan perawatan secara langsung oleh pemiliknya. Setelah munculnya hibah, maka 30 koleksi tersebut tidak akan diganti – ganti dan perawatan atau penjamasan bagi keris – keris warisan budaya itu dilakukan secara langsung oleh paguyupan Kendali Rangah. Keris yang cukup melegenda di Kota Pekalongan adalah keris guminah, keris guminah adalah sebutan masyarakat lokat terhadap keris yang bilah tajam keris dipukulkan/ketokan sebuah koin dapat melekat tanpa melukai ketajaman bilah pusakanya.
Guminah memiliki makna "Gumandul ing manah" filosofi pusaka ini adalah Pusaka sebagai pegangan hidup yang ada dalam hati, yaitu simbul prinsip hidup yang lurus, sebagai mana dhapur keris suratman gumnah selalu keris-keris berdahapur lurus, dengan nilai spiritual yang tinggi. hal ini sering dikaitkan dengan keris pusaka brojo guno, akan tetapi keris guminah lebih diyakini memiliki campuran bahan brojoguno dan angsar mistik pusaka ini sangat diyakini untuk kerejekian khususnya dalam hal perdagangan. oleh karenanya keris pusaka yang satu ini sangat tenar dikalangan pecinta keris khususnya kota Pekalongan dan sekitarnya. tidak ada pakem bagi keris pusaka guminah karena dhapur keris ini bisa dhapur brojol, atau tilam upih dan tilam sari.
Pekalongan dikenal dengan julukan kota batik. Tetapi Pekalongan mempunyai kerisnya sendiri, yaitu Keris Suratman Kethip dan Suratman Lethrek. Kethip diambil dari nama mata uang jaman dulu yang berbentuk koin kuno. Keris Suratman memiliki gambaran timbul (relief) bulatan bulatan uang kuno di sepanjang bilah, ada yang terpisah (dinamakan : suratman kethip) ada pula yang bertumpuk berjajar (dinamakan : suratman lethrek). Keris pusaka yang di yakini asli empu Pekalongan, juga memiliki ciri khas lain yakni besi yang keras mampu menancap di koin yang diyakini memiliki campuran besi Brojoguno.
Keris pusaka ini biasanya memang tidak diwarangi untuk menampilkan ornamen keris dengan apa adanya dan terkesan wingit. Meski tergolong pamor rekan dan tidak terdapat di pakem dhapur keris, dhapur tilam upih, tilam sari, atau brojol dengan ciri khas diatas bisa menjadi keris Suratman jika berada di kota Pekalongan dan sangat diyakini oleh masyarakat setempat sebagai pusaka kerejekian, kemakmuran dan cocok untuk pedagang atau pengusaha. Tak ayal lagi sampai sekarang keris-keris ini masih sinengker dan banyak disimpan oleh juragan-juragan batik di kota Pekalongan. Keris Suratman bermakna surataning manungso, terkandung wujud harapan kehidupan manusia yang sudah tersurat dengan pemilikan harta benda. Kedalaman makna keris suratman tergambar dalam Sendratari Legenda Keris Kethip Empu Suratman yang menunjukkan bahwa keris adalah senjata masyarakat Jawa yang memiliki Filosofi tinggi yang dibuat dengan pertarungan batin yang sangat dalam untuk menciptakan sebuah keris yang menunjukkan jati diri pemilik keris.
Kisah legenda Keris Suratman Kethip menceritakan bahwa pada jaman dahulu di Desa Gambaran, saat masyarakat masih melakukan aktifitas sehari-hari datanglah Empu Suratman dan anak buahnya ikut beraktifitas di Desa Gambaran. Tetapi masyarakat Desa Gambaran yang dipimpin Dewi Tumanggal tidak senang dengan kedatangan Empu Suratman, sehingga terjadilah perang antara Dewi Wulan Tumanggal dan Empu Suratman. Pada akhirnya Dewi Wulan Tumanggal kalah dan menyerah kepada Empu Suratman. Empu Suratman berbelas asih dan mengampuni Dewi Wulan Tumanggal dan ingin menikahinya. Maka, terjalinlah pernikahan diantara mereka.
Kehidupan masyarakat Desa Gambaran yang tenang, tenteram, damai, dan sejahtera, diisi dengan tarian kerakyatan atau tari pergaulan. Di tengah canda tawa masyarakat Desa Gambaran, munculah Empu Suratman untuk membuat keris dengan melakukan semedi terlebih dahulu. Setelah mendapat ijin dari Dewi Wulan Tumanggal, akhirnya Empu Suratman melakukan semedi bersama cantrik – cantriknya. Empu Suratman dan kelima cantriknya melakukan aktifitas pembuatan keris. Empu Suratman bersemedi, sedangkan para cantriknya memproses keris. Ditengah – tengah adegan, datanglah sekelompok setan yang merayu para cantrik dalam membuat keris. Akhirnya gagallah pembuatan keris mereka, tetapi tidak dengan semedi Empu Suratman. Maka terjadilah perang antara kedua kelompok tersebut. Para Setan dapat dikalahkan oleh Empu Suratman, dan mereka melarikan diri untuk meminta perlindungan raja mereka. Terjadilah perang antara Empu Suratman dan Raja Setan. Dalam pertempuran tersebut Empu Suratman dapat membunuh raja setan dengan keris yang belum selesai dibuatnya. Tetapi, dengan terbunuhnya raja setan oleh keris tersebut, maka keris tersebut menjadi sempurna, dan jadilah Keris Kethip Empu Suratman.
Pamor Untu Walang dan Uang Kuno Berderet (Lethrek)
Mirip pamor tepen/wengkon, bedanya adalah kalau pamor wengkon, garis yang menjadi “bingkai” dari tepi bila adalah garis lurus. Sedangkan pamor untu walang, garis tepi yang membingkai bilah merupakan garis yang bergelombang yang membentuk gambaran serupa mata gergaji. Pamor ini tergolong pemilih, tidak semua orang akan cocok memilikinya. Oleh sebagian pecinta keris, pamor ini dianggap bertuah membuat pemiliknya menjadi tokoh yang dipercaya dan diangap pemimpin oleh orang sekelilingnya. Kata-katanya akan didengar dan ditaati.
Mempertahankan lengkungan dengan spasi dan jarak yang sama pada sisi tepi bilah hanya bisa dilakukan oleh seorang Empu yang mumpuni. Tak heran pamor ini termasuk jenis pamor rekan yang mempunyai tingkat kesulitan pembuatan tingkat advance dan wajar jika memiliki nilai mahar yang lebih tinggi. Menjadi unik dan istimewa dipadukan dengan pamor kethip/lethrek. Bahasa semiotik menjabarkan pengambaran simbol-simbol tersebut merepresentasikan rejeki (harta) yang selalu berderet, menumpuk tiada habisnya. Sesuai filosofinya, Keris ini sangat cocok dimiliki oleh pemimpin dari para pemimpin, seperti Pengusaha, CEO, Komisaris, Direktur Perusahaan hingga Head Manager. Ditawarkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Masyarakat luas pecinta keris bisa melihat koleksi – koleksi tersebut di Graha Tosan Aji Pekalongan di Kawasan Jetayu Pekalongan. Di tempat pamer tersebut ada Pemandu yang akan memberikan penjelasan mengenai benda-benda tersebut. Graha Tosan Aji selain mengkoleksi Benda-benda pusaka, juga siap menerima hibah, penjamasan, perawatan atau pun konsultasi terkait benda pusaka